Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena
niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang
ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta
dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan
akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih
bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak
menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia
lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam
kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran
kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi
Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah,
itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah
orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah.
Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona,
tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata
yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa
dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun
sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap
qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah
sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu
segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya
semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong
segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu?
Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin.
Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan
pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal
yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi
sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata
tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang
ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena
kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa
dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap
pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa
dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan
terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah
kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di
sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti
malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba
Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang
besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang
hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik
perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak
curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar
bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak
ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang
yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk
siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang
ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati.
Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran
jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu
dahsyat.
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi
dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka
bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah
diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran
akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah
menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata
ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat
dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu
dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci
menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan
mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya
Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada
api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara
sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi
adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya
para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada,
yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung,
dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas
karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada
lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah
adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang
Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam
yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak
mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling
dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya,
sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur
pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang
Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai
kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian,
penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu
tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala
apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang
tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
sumber :
MQ File
Tidak ada komentar:
Posting Komentar