Berbicara tentang kekasih itu identik
dengan berbicara tentang cinta. Sebagaimana seseorang yang sedang jatuh cinta
maka segala sesuatu akan dilakukan guna memenuhi dan menjaga cinta tersebut.
Segala rintangan akan diterjang demi cinta. Itulah ibarat orang yang sedang
dimabuk cinta. Pertanyaan kemudian, siapakah yang selayaknya kita jadikan
kekasih sejati?
Cinta yang hakiki-murni-sejati selayaknya kita curahkan kepada Dia, Zat yang mahasuci. Sebab, Dialah yang menciptakan kita beserta seluruh kebutuhan hidup kita di dunia ini. Bagaimana tidak, kita sudah diciptakan dalam bentuk yang sesempurna mungkin dan ketika kita berbuat dosa, Allah yang maha-pengampun senantiasa membukakan pintu tobat bagi kita yang mau bertobat. Subhanallah.
Cinta yang hakiki-murni-sejati selayaknya kita curahkan kepada Dia, Zat yang mahasuci. Sebab, Dialah yang menciptakan kita beserta seluruh kebutuhan hidup kita di dunia ini. Bagaimana tidak, kita sudah diciptakan dalam bentuk yang sesempurna mungkin dan ketika kita berbuat dosa, Allah yang maha-pengampun senantiasa membukakan pintu tobat bagi kita yang mau bertobat. Subhanallah.
Allah tanpa henti-hentinya mengawasi kita, selalu mendengar seluruh permintaan hamba-hambanya. Tidak perduli apakah dia orang miskin ataukah orang kaya. Pejabat ataukah rakyat biasa. Politikus ataukah preman. Beragama Islam ataukah tidak. Lalu bagaimana mewujudkan cinta itu? Pertama, kita lebih mementingkan perintah kekasihnya daripada perintah yang lain. Artinya, seluruh perintah Allah SWT senantiasa kita kedepankan, selalu kita dahulukan pelaksanaannya dari pada perintah-perintah yang lain sekalipun itu dari atasan kita, jika pada suatu saat berbenturan satu dengan yang lain.
Kedua, kita lebih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibandingkan dengan yang lain. Artinya, dimensi-dimensi yang mengantarkan pertemuan kita dengan Allah harus senantiasa kita jadwalkan dan kita pelihara ketepatan waktunya setiap hari. Serta, ketika bertemu, haruslah kita manfaatkan dialog tersebut untuk lebih meningkatkan kedekatan kepada-Nya. Ketiga, kita lebih mementingkan untuk mendapat keridaan kekasihnya daripada mendapatkan yang lainnya. Artinya, kesenangan dan kebahagiaan yang kita ingin dapatkan senantiasa kita sandarkan pada kesenangan dan kebahagiaan sesuai persepsi Allah, bukan yang lain.
Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT sebagai kekasih sejati atau belum, mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada perintah-Nya? Sudahkah kita selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadahan? Sudahkah kita mengharapkan keridaan hanya dari-Nya? Jika jawabannya belum, kita belum terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita dalam keridaan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi kekasih-Nya.
sumber : Republika
The original and polished titanium art made by artists - TITANY
BalasHapusThis sculpture has an original copper titanium athletics core, a titanium trimmer as seen on tv diamond plate, and a polished glass core. These metallic titanium fat bike surfaces can be titanium max trimmer seen titanium vs steel in the graphite